Air Terjun Bantimurung memiliki lebar 20 meter dan tinggi 15
meter. Airnya yang jernih dan sejuk meluncur dari atas gunung batu dengan
deras sepanjang tahun. Di bawah curahan air terjun terdapat sebuah tempat
pemandian dari landasan batu kapur yang keras dan tertutup lapisan mineral
akibat aliran air selama ratusan tahun. Kedalaman air di pemandian ini antara
mata kaki hingga ke pinggang.
Di sebelah kiri air terjun terdapat tangga beton setinggi 10
meter yang merupakan jalan menuju dua gua yang ada di sekitar air terjun, yaitu
Gua Mimpi dan Gua Baru. Jarak ke goa ini sekitar 800 m.
Lokasi
Terletak di Desa Bantimurung, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi Selatan. Peta dan Koordinat GPS: 5° 0' 48.45" S 119° 41' 17.08" E
Terletak di Desa Bantimurung, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi Selatan. Peta dan Koordinat GPS: 5° 0' 48.45" S 119° 41' 17.08" E
Aksesbilitas
Berjarak kurang lebih 15 km dari pusat kota kabupaten Maros atau kurang lebih 40 km dari kota Makasar. Obyek wisata ini dapat dicapai dengan menggunakan mobil pribadi dari Kota Makassar sekitar 1 jam. Jika berangkat dari Bandara Hasanuddin, perjalanan dapat ditempuh sekitar 30 menit.
Bagi yang menggunakan kendaraan umum dapat naik mobil pete-pete
(sejenis mikrolet) menuju lokasi air terjun berada.
Tiket dan parker
Tiket dan parker
Harga tiket masuk adalah Rp. 5.000,- untuk orang dewasa dan
Rp. 3.500,- untuk anak-anak.
Fasilitas dan akomodasi
Di lokasi wisata ini tersedia beberapa tempat peristirahatan
berupa bungalow dan wisma bagi para pengunjung yang ingin lebih lama menikmati
keindahan alamnya. Di sepanjang jalan masuk ke lokasi terdapat sejumlah
pedagang souvenir kupu-kupu berbentuk gantungan kunci ataupun hiasan
dinding dengan harga berkisar antara Rp.5.000,- hingga Rp. 25.000,-
Wisata Lain
Selain memiliki air terjun yang mempesona, kawasan wisata Air
Terjun Bantimurung juga menjadi habitat berbagai spesies kupu-kupu yang langka,
sehingga penjajah Belanda pernah menjuluki tempat ini sebagai "Kingdom of
Butterfly". Bahkan, seorang naturalis asal Inggris, Alfred Rassel Wallase,
pernah tinggal di kawasan ini selama kurang lebih satu tahun (1856-1857) untuk
meneliti 150 spesies kupu-kupu yang tergolong langka itu.
No comments:
Post a Comment